Panitia Pengusul Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional Fransiscus Xaverius Seda (PNFS) bekerja sama dengan Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif (IFTK) Ledalero menyelenggarakan Talk Show bertema “Jejak Frans Seda: Perjuangan dan Pengabdian untuk Tuhan dan Tanah Air”, Sabtu, 12 November 2022 di IFTK Ledalero.
Hadir dalam Talk Show tersebut lima narasumber, yakni Dr. Andreas Hugo Parera, P. Dr. Leo Kleden, SVD, Maria Hendrika Hungan, JJ Rizal dan P. Charles Beraf, SVD. Kelima narasumber itu berbicara dari ragam perspektif.
Pada kesempatan pertama, moderator Talk Show, Pak Bona Beding memberikan kesempatan kepada cucu-cucu Frans Seda menyanyikan sebuah lagu sederhana yang sering mereka nyanyikan ketika Pak Frans datang berlibur ke kampung halamannya di Lekebai.
Lagu ie ie bele wea yang dibawakan oleh keempat cucu Frans Seda mengalun indah dan terlihat peserta seminar menikmati penampilan mereka. “Lagu ini selalu diminta untuk dinyanyikan oleh opa Frans ketika datang berlibur bersama kami di Lekebai,” ungkap Fransiskus Xaverius Seda, cucu Frans Seda yang memiliki nama yang sama dengannya.
Selanjutnya, Pak Bona Beding memberikan kesempatan kepada kelima narasumber menjawab pertanyaan tentang gambaran sosok Frans Seda dalam perspektif mereka. “Apa yang bisa dibaca dari penampilan tadi dan seperti apakah sosok Frans Seda menurut JJ Rizal?” tanya Pak Bona kepada narasumber pertama.
Menurut JJ Rizal, Frans Seda sewaktu kecil, khususnya pada umur 9 tahun adalah seorang anak yang sangat cerdas dan berani. Hal itu diakui oleh kepala sekolahnya dalam salah satu acara di sekolahnya, ketika menghadap Bung Karno. “Dia ini anak yang cerdas,” ungkap Pak Rizal mengulangi pengakuan kepala sekolah Frans Seda.
Ia melanjutkan, “Frans Seda kecil sungguh berani merespon tantangan yang diberikan kepadanya. Dia juga amat cerdas menjawab setiap pertanyaan yang diberikan kepadanya. Saya juga melihat persamaan Frans Seda dalam sosok Elo, cucu dari Frans Seda." Sosok Frans Seda kecil dalam pandangannya adalah seorang anak yang punya jiwa keberanian yang besar dalam menghadapi tantangan-tantangan yang menghampiri kehidupannya. Ia juga menegaskan jiwa pemberani itu juga berasal dari periode kepemimpinan yang panjang jika ditilik dari sejarahnya.
Dalam kesempatan kedua, P. Charles Beraf, SVD membeberkan sosok Frans Seda dari perspektif sosiologi. Menurutnya, Frans Seda merupakan sosok pemberani yang akrab dengan tradisi, yang menegaskan dirinya dalam tradisi kekatolikan yang dibawanya sejak masa kecil di Lekebai. “Frans Seda adalah tokoh yang memiliki keyakinan 100 persen katolik,” ungkapnya menegaskan jiwa tradisi kebudayaan yang tinggi dalam sosok diri Frans Seda.
Perjumpaannya dengan istilah kekatolikan merupakan suatu kecocokan, spirit tradisi budaya yang mengikat satu sama lain. Frans Seda dinilai menempatkan tradisi kebudayaan dalam tingkat yang lebih tinggi dan selalu diperhatikannya.
Sementara aktivis TRUK-F, Ibu Maria Hendrika mengakui bahwa kepopuleran Frans Seda sudah ada sejak ia mengenyam pendidikan di bangku SMP. Sosok Frans Seda dikenalnya sebagai salah satu orang Flores yang sangat cerdas. Selain itu, Frans Seda juga dipandangnya sebagai inspirator yang memotivasi anak-anak untuk tampil dalam dunia nasional.
“Bagi saya, Frans Seda itu adalah seorang sosok inspirator yang mendorong kami untuk tampil dalam dunia nasional, seperti dia yang berasal dari Flores seperti kami juga,” tegas Ibu Hendrika.
Ibu Hendrika juga menceritakan kehidupan Frans Seda yang pernah mengikuti partai bawahan Soekarno. Sejak tahun 2002, demikian Hendrika, Frans Seda melihat persoalan gender dan mengikuti workshop selama satu bulan yang membawahi banyak tema. Ia mendorong adanya transformasi sosial untuk kemajuan dan keadilan hidup manusia di tanah Indonesia pada umumnya dan tanah Flores pada khususnya.
Selanjutnya, P. Leo Kleden, SVD yang juga adalah pegiat kebudayaan melihat sosok Frans Seda dalam kacamata tranformasi kebudayaan. Ia membeberkan pertanyaan reflektif yang perlu dijawab oleh manusia yang hidup di zaman ini. “Bagaimanakah cara saya mencerdaskan anak bangsa? Bagaimana menjadi figur kosmopolitan tanpa menghilangkan identitas Frans Seda sebagai anak Lio itu sendiri? Saya meminta izin kepada moderator untuk mempresentasikan beberapa poin penting tentang Frans Seda dalam judul "Frans Seda sebuah Transformasi Kreatif: Anak Dusun Lekebai Flores, menjadi Tokoh Kosmopolitan"”.
Dalam presentasi itu, P. Leo menjelaskan latar belakang pendidikan dan proses transformasi serta transformasi kreatif dalam perjuangan dan pengabdian untuk bangsa. “Ada tiga cara mempertahankan identitas Frans Seda: Pertama, kecerdasan intelektual. Kedua, kecerdasan sosial yang menyebabkan ia bekerja lintas batas dalam bidang sosial dan politik, serta ketiga, kecerdasan religius yang membutuhkan cahaya imani dalam kekuatan membawa terang dalam Firman Tuhan. Selain itu, sikap disiplin, kerja keras, dan pemberani Frans Seda mempersembahkan pesembahan diri kepada anak-anak bangsa selanjutnya, yakni cinta kepada Tuhan dan sesama” tutupnya dalam penjelasan singkat sosok Frans Seda.
Pada kesempatan terakhir, Pak Andreas Hugo Parera secara khusus menjelaskan sosok Frans Seda dalam perspektif politik. Menurut Andres Hugo Parera yang mengenal Frans Seda baik secara kekeluargaan maupun perpolitikan, mengatakan Frans Seda adalah tokoh politik yang memiliki peran penting dalam bidang-bidang kehidupan dan perjuangan masyarakat Indonesia. Frans Seda dipandang tidak hanya dalam dunia nasional, tetapi juga dunia internasional dengan banyak bidang yang diembannya. Ia juga menjelaskan sosok Frans Seda dalam judul “Kiprah Frans Seda pada Pentas Politik Indonesia”.
Dalam presentasi itu, Pak Hugo membeberkan riwayat kerja Frans Seda yang terlihat dalam banyak aspek kehidupan. “Frans Seda adalah seorang politisi, menteri, ketua DPR, ketua partai, pengamat sosial ekonomi, serta salah satu tokoh yang merekomendasikan neraca ekonomi,” ungkapnya.
Lalu pada bagian penutup, Pak Bona selaku moderator memberikan kesempatan kepada audiens untuk memberikan pertanyaan-pertanyaan informatif. Salah satu pertanyaan yang menarik dari peserta Talk Show, bunyinya: siapakah yang berkepentingan dalam memperjuangkan Frans Seda sebagai salah satu pahlawan di Negara Indonesia?
Pak Rizal menjawabnya demikian, “Yang paling berkepentingan dalam memperjuangkan Frans Seda sebagai pahlawan adalah masyarakat Flores sendiri. Sebab hal itu dilatarbelakangi oleh suatu persamaan perjuangan yang berasal dari diri, identitas, semangat, dan spirit perjuangan yang sama dalam diri masyarakat Flores.”
Sementara itu, Pak Hugo menjawab demikian, “Yang membutuhkan Seda menjadi pahlawan adalah kita yang masih hidup ini, kita sebagai generasi muda yang membutuhkan sosok seorang pahlawan. Dia yang berperan sebagai tokoh revolusioner.”
Dia menambahkan, Frans Seda adalah tokoh yang memperhatikan banyak hal dalam hidup manusia dalam negara ini, baik dari hal-hal kecil sampai kepada hal-hal yang besar.
“Semoga kita sebagai generasi muda senantiasa memelihara spirit Frans Seda yang terlibat aktif dalam memperjuangkan kehidupan bangsa dan negara tercinta, Negara Indonesia,” tandasnya.*
*Atro Sumantro
BAGIKAN
PROGRAM STUDI SARJANA FILSAFAT PROGRAM STUDI SARJANA PENDIDIKAN KEAGAMAAN KATOLIK PROGRAM STUDI SARJ0
Penerimaan mahasiswa baru IFTK Ledalero tahun akademik 2025/2026 Prodi Ilmu Filsafat (S1) Prodi Pend0
Pendaftaran Online Program Studi Sarjana Filsafat, PKK, DKV, Kewirausahaan, Sistem Informasi & Magis0
© Copyright 2025 by Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif Ledalero - Design By Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif Ledalero

