(Ket. Foto: Tampak Superior General SVD, P. Dr. Paulus Budi Kleden (kiri) dan Dr. Petrus Sina (kanan) dalam Seminari Internasional yang diselenggarakan IFTK Ledalero)
IFTK Ledalero hadirkan Dr. Paulus Budi Kleden dalam Seminar Internasional bertema “Ajaran Sosial Gereja dan Tantangan Pendidikan Tinggi di Indonesia” pada Sabtu (15/10/2022). Seminar ini dimulai pukul 8.30 WITA dan berlangsung di Auditorium St. Thomas Aquinas Ledalero. Dalam seminar ini Dr. Paulus Budi Kleden sebagai keynote speaker dan dimoderatori oleh Dr. Petrus Sina. Segenap civitas akademika IFTK Ledalero hadir dan memenuhi Auditorium St. Thomas Aquinas Ledalero.
Dr. Otto Gusti N. Madung, Rektor IFTK Ledalero menyampaikan selamat datang sekaligus terima kasih kepada Dr. Paulus Budi Kleden yang bersedia menerima undangan dari IFTK Ledalero untuk membawakan seminar internasional. “Saya menyampaikan selamat datang dan terima kasih kepada Pater Budi yang memenuhi undangan kami untuk membawakan seminar dengan tema Ajaran Sosial Gereja dan Tantangan Pendidikan Tinggi di Indonesia. Dalam liburan yang begitu singkat Pater Budi masih bersedia membawakan seminar untuk kita. Seperti yang kita ketahui bersama, meskipun Pater Budi telah menjadi Superior General SVD, ia masih menjadi dosen tetap IFTK Ledalero. Sumbangsihnya sangat luar biasa untuk kampus ini. Ia masih aktif menulis pada berbagai jurnal nasional dan internasional. Tentu karya-karyanya dapat meningkatkan akreditasi kampus kita di SINTA. Topik seminar kita hari ini sangat penting guna merumuskan posisi etis kita sebagai lembaga pendidikan tinggi yang kian hari dipaksa untuk tunduk di bawah rezim pasar,” kata Pater Otto dalam sambutannya.
Dalam pemaparan materi, Dr. Paulus Budi Kleden melihat tantangan pendidikan tinggi di Indonesia dalam pisau ajaran sosial Gereja. Ia menekankan sifat gereja yang sosial. Gereja perlu membangun komitmen dalam relasi sosial. Sejak ajaran sosial gereja rerum novarum, gereja selalu terbuka untuk melihat realitas sosial yang ada, mulai dari masalah kemiskinan, ekologis, agama, dll. Dr. Budi juga memaparkan empat pilar penting dalam ajaran sosial gereja yakni; martabat manusia, bonum commune, subsidiaritas dan solidaritas. Setelah melihat empat pilar tersebut, Dr. Budi membaca tantangan pendidikan tinggi di Indonesia. Ia melihat tiga tantangan dalam pendidikan tinggi yakni urgensi dan ideal pendidikan nilai, kualitas pendidikan nasional di tengah persaingan global dan pendidikan tinggi Indonesia menghadapi industri 4.0 dan masyarakat 5.0.
“Gereja bersifat sosial. Gereja perlu terbuka dan melihat realitas yang ada. Peran gereja untuk membantu dan menyelesaikan persoalan yang ada, mulai dari persoalan kemiskinan, ekologis, agama, dll. Sejak ajaran sosial gereja rerum novarum yang dicetus oleh Paus Leo XIII, Gereja semakin terlibat dalam menanggapi realitas sosial. Ada 4 pilar penting dalam ASG yakni martabat manusia, bonum commune, subsidiaritas dan solidaritas. Gereja harus mampu menghidupi empat pilar tersebut. Berkaitan dengan pendidikan tinggi di Indonesia, ada tiga tantangan yang harus dihadapi yakni; urgensi dan ideal pendidikan nilai, kualitas pendidikan nasional di tengah persaingan global dan pendidikan tinggi Indonesia menghadapi industri 4.0 dan masyarakat 5.0,” papar Dr. Budi Kleden.
Selanjutnya Dr. Budi Kleden juga menyampaikan bagaimana relevansi ajaran sosial gereja bagi pendidikan tinggi di Indonesia. Ia memberikan empat point penting dalam relevansi pendidikan tinggi di Indonesia ini, yakni: Pertama, Pendidikan nilai yang berbasis pada komitmen diri, pergaulan, dan kedisiplinan. Kedua, berpikir kritis dan memiliki keterampilan dalam sikap-sikap bekerja. Ketiga, harus berpusat pada dimensi martabat manusia dan keempat, pribadi manusia adalah pribadi yang sosial dan harus memiliki tanggung jawab sosial. Dr. Budi menutup pemaparan materinya dengan menjelaskan ciri dari kaum milenial dan bagaimana menerjemahkan nilai-nilai tersebut ke konteks sesuai dengan budaya mereka. Dr. Budi menawarkan ciri kaum milenial yang dipaparkan oleh Pater Antonio Pernia yakni pengalaman, partisipasi, gambar, dan koneksi.
Dalam sesi diskusi Dr. Mathias Daven, dosen Filsafat IFTK Ledalero, menanyakan tentang globalisasi dan tantangan terhadap pendidikan serta bagaimana tawaran dari ajaran sosial gereja. “Minimal kita dihadapkan dengan dua pilihan yakni globalisasi ekonomi dan gereja menawarkan globalisasi solidaritas. Kita di bawah dikte globalisasi ekonomi, bisakah kita keluar dari soal ini bahwa ajaran sosial gereja sebagai himbauan moral dan tidak ada unsur instrumen untuk memaksa sekelompok ekonom untuk melepaskan privilese yang mereka dapatkan dari keuntungan globalisasi ekonomi?” tanya Dr. Mathias.
Menanggapi pertanyaan itu, Dr. Budi mengatakan bahwa manusia tentunya merupakan homo economicus, perlu mengatur dan menata rumah tangganya serta hidup dari sumber daya yang ada. “Pergulatan ini tidak akan selesai; apa yang menjadi ideal dan bagaimana implementasinya secara konkret, tetapi kita tetap menyuarakan seruan moral ini untuk mempromosikan solidaritas global sambil terus mencari model-model konkret untuk menerjemahkan globalisasi solidaritas,” tandas Dr. Budi.
Menutupi seminar itu, Dr. Petrus Sina selaku moderator membacakan rangkuman diskusi dan dilanjutkan dengan penyerahan sertifikat dan cinderamata oleh Rektor IFTK Ledalero, Dr. Otto Gusti kepada Dr. Paulus Budi Kleden selaku pemateri dan juga Dr. Petrus Sina selaku moderator.*
*Rian Tap
BAGIKAN
PROGRAM STUDI SARJANA FILSAFAT PROGRAM STUDI SARJANA PENDIDIKAN KEAGAMAAN KATOLIK PROGRAM STUDI SARJ0
Penerimaan mahasiswa baru IFTK Ledalero tahun akademik 2025/2026 Prodi Ilmu Filsafat (S1) Prodi Pend0
Pendaftaran Online Program Studi Sarjana Filsafat, PKK, DKV, Kewirausahaan, Sistem Informasi & Magis0
© Copyright 2025 by Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif Ledalero - Design By Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif Ledalero

