(Sarnus Joni Harto ketika membawakan orasi berjudul Parrhesia (Truth-Telling) Michel Foucault dan Intelektual Transformatif ilmiah di hadapan para wisudawan)
Sarnus Joni Harto menjadi perwakilan wisudawan untuk membawakan Orasi Ilmiah dalam Rapat Senat Terbuka Luar Biasa STFK Ledalero Periode 2 Tahun Akademik 2021/2022, yang dilangsungkan di Auditorium Aula St. Thomas Aquinas Ledalero, pada Jumat, 28 Oktober 2022. Wisudawan yang mendapatkan predikat Cum Laude dengan IPK 3,90 ini dalam orasinya menekankan idealnya seorang intelektual adalah intelektual yang transformatif.
Berangkat dari teori Parrhesia Michael Foucault, intelektual yang transformatif bermakna intelektual yang mampu mentransformasi diri serta orang-orang di luar dirinya.
“Kontemplasi intelektual tidak dapat hanya berhenti pada ‘orgasme intelektual’ yang dinikmati secara personal, tetapi mesti bersignifikansi secara sosial politik. Artinya, refleksi-refleksi filosofis mesti berorientasi pada proyek ‘terlibat’ dalam dunia dengan segala persoalan di dalamnya,” ujar Sarnus.
Sarnus menekankan bahwa yang pertama-tama transformasi itu tidak langsung dunia di luar diri sang intelektual, melainkan dirinya sendiri yang terlebih dahulu ditransformasikan.
“Perlu diwaspadai bahwa bagi Foucault keterlibatan intelektual pertama-tama bukan untuk mengubah kesadaran palsu dalam masyarakat, melainkan untuk berkonfrontasi dengan rezim kebenaran/rezim pengetahuan yang bekerja melalui institusi-institusi sosial, politik, ekonomi, dan budaya serta agama. Sebelum mentransformasi dunia di luar dirinya, seorang intelektual mesti lebih dahulu mentransformasi dirinya sendiri,” jelas Sarnus.
Pada bagian pengantar orasinya, Sarnus terlebih dahulu mengambil contoh kasus yang dialami oleh para mahasiswa STFK Ledalero, para Frater dan Bruder Ledalero, yang diinterogasi oleh pihak aparat kepolisian Polres Sikka dengan tuduhan meneriakkan nama Sambo. Tindakan represif dari aparat ini dilihat sebagai bentuk transformasi wacana, dari kasus seorang Ferdy Sambo yang membunuh Yosua ke ‘wacana kekuasaan’. Kata Sambo tidak lagi merujuk pada Ferdy Sambo, melainkan pada sebuah kekuasaan institusi. Sikap represif itu juga dinilai sebagai bentuk dari sikap anti kritisisme.
“Kejadian yang menimpa frater-frater Ledalero tersebut menegaskan satu hal penting: ketika kekuasaan sensitif dan alergi terhadap kritisisme publik, represi adalah jalan pintas,” ujar Sarnus.
Jelas Sarnus, merujuk pada pandangan Foucault tentang genealogi kuasa, kuasa selalu bertautan erat dengan pengetahuan dan kebenaran. Relasi antar manusia secara niscaya menciptakan kuasa. Normalisasi dan pengakuan kuasa yang bekerja melalui berbagai entitas sosial menciptakan pengetahuan, sedangkan pengetahuan menjamin survivalitas kuasa. Rezim kebenaran lahir lewat hubungan antara pengetahuan dan kuasa.
“Rezim kebenaran bekerja untuk merawat interelasi antara kuasa dan pengetahuan. Itu sebabnya, di hadapan kritisisme publik akan selalu ada rezim kekuasaan yang merespons secara sentimental, bukan infantil,” katanya.
Di hadapan kekuasaan yang represif, Sarnus menawarkan konsep Parrhesia Michael Foucault sebagai kekuatan bersama. Konsep Parrhesia mengacu pada dua hal penting, yakni aspek etis dan aspek prosedur teknis. Aspek etis merujuk pada kejujuran, kebebasan, dan keterbukaan. Antara aspek etis dan aspek prosedur teknis keduanya saling melengkapi dan membantu.
Tipe intelektual yang direkomendasikan Sarnus adalah intelektual transformatif yang berlandas pada kebenaran, kebebasan dan keterbukaan.
“Seorang lulusan perguruan tinggi mesti sadar akan dan menyatu dengan dirinya sendiri sebelum ia kritis terhadap dunia. Dari setiap lulusan dituntut suatu keberanian untuk bersuara tentang kebenaran,” ujarnya.*
Risto Jomang
SHARE THIS
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Vestibulum volutpat tortor nec vulputate pe0
Cras consectetur suscipit nisi a fermentum. Class aptent taciti sociosqu ad litora
Vivamus convallis lobortis dolor, eu varius ipsum tincidunt sed. Suspendisse sit amet ante ullamcorp0
Nulla vitae urna orci. Nunc at dictum ligula, vel suscipit nunc.
© Copyright 2025 by Ledalero Institute of Philosophy and Creative Technology - Design By Ledalero Institute of Philosophy and Creative Technology

