BEM IFTK Ledalero Adakan Bincang-bincang Sastra, Bahas Cerpen Reruntuhan Ketujuh Karya Afryantho Keyn

img

Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif Ledalero mengadakan kegiatan Bincang-bincang Sastra dengan mengulas cerpen "Reruntuhan Ketujuh" karya Afryantho Keyn, pada Sabtu, 08 Oktober 2022. Acara yang digelar di kantin IFTK Ledalero itu merupakan salah satu program kerja BEM yang diprakarsai oleh Seksi Sastrawi. Bincang-bincang ini menghadirkan Rinto Jaga sebagai pembicara Sr. Flaviana, SSpS sebagai moderator dan Afryantho Keyn sebagai penulis.

Bincang-bincang itu membedah salah satu cerpen dari Afryantho Keyn yang berjudul Reruntuhan Ketujuh. Cerpen Reruntuhan ketujuh karya Afryantho Keyn ini pernah dimuat di Website Litera (litera.co.id) dan mendapatkan penghargaan sebagai Cerpen Terbaik Litera 2019.

Afryantho Keyn yang merupakan penulis cerpen Reruntuhan ketujuh lahir bertepatan dengan hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1991 di Larantuka. Ketika ia mulai mengenyam pendidikan, ia suka membaca dan menulis karya-karya sastra, terutama cerpen dan puisi. Afryantho menyelesaikan pendidikan tingkat menengahnya di Seminari San Dominggo Hokeng, Flores, NTT.

 

a2

(Sr. Flavi, moderator dan Rinto Jaga, pemantik dalam diskusi sastra yang diselenggarakan oleh BEM IFTK Ledalero) 

 

Beberapa karya yang ditulis oleh Afryantho Keyn pada umumnya merupakan karya sastra. Karena itu, Afryantho Keyn menulis beberapa cerita pendek yang di antaranya pernah terbit di beberapa media seperti Santarang, Suara NTB, Bacapetra.co, Litera.co.id dan Detik.com. Selain itu, cerpennya juga tergabung dalam buku antologi tulisan Tsunami! Tsunami! (2018), buku Puisi dan Cerpen Pilihan Litera 2019 Reruntuhan di Bukit Kapur (2019), dan buku antologi cerpen ODGJ Nadus dan Tujuh Belas Pasung (2020).

Salah satu cerpennya yang berjudul “Reruntuhan Ketujuh” terpilih menjadi Cerpen Terbaik Litera 2019. Tahun 2020 dipilih menjadi penulis undangan Makassar International Writers Festival (MIWF). Lalu kini bermukim di Nuhalolon, Solor Barat, Flores Timur, NTT.

a3

(Ket. Foto: Afryantho Keyn, penulis Cerpen Reruntuhan Ketujuh yang mengikuti diskusi secara daring) 

 

Dalam bincang-bincang bersama mahasiswa IFTK Ledalero, Afryantho mengakui bahwa hal-hal yang dituliskan dalam cerpen Reruntuhan Ketujuh sangat dekat dengan dirinya, baik secara memori empiris maupun secara lokasi. "Saya sendiri suka merespon peristiwa kematian, yang bagi saya sendiri, merupakan suatu peristiwa yang membawa banyak inspirasi,” ujarnya. Selain itu ia juga mengatakan tentang bagaimana menulis sesuatu yang biasa tetapi luar biasa. "Salah satu visi saya ialah bagaimana kita menulis sesuatu yang biasa dengan cara yang luar biasa," ujar Afryantho.

Mengenai cerpen-cerpennya, Afryantho mengakui bahwa cerpen-cerpen yang ia tulis selalu memuat di dalamnya usaha-usaha agar pembaca ikut berpikir di dalamnya. Itulah yang menjadi alasan cerpen-cerpennya ditutup dengan ending terbuka.

Bincang- bincang yang diselenggarakan oleh Seksi Sastrawi BEM IFTK Ledalero itu berlangsung secara daring. Meskipun berlangsung secara daring proses diskusinya berjalan dengan baik dan hangat. Hal ini ditandai dengan adanya proses diskusi yang berjalan dengan lancar dan mengalir.

Dalam proses diskusi, beberapa peserta mengajukan beberapa pertanyaan yang sangat menarik dan komentar yang membangun. Salah satu komentar disampaikan oleh Rm. Bone Rampung, Pr yang merupakan salah satu dosen senior di Universitas Katolik Indonesia Ruteng.

 

 

a4

(Romo Bone Rampung, dosen di UNIKA Ruteng, salah satu peserta diskusi yang cukup aktif dalam kegiatan tersebut) 

 "Karya sastra merupakan sesuatu yang sangat inspiratif, ketika suatu cerpen ditulis atau suatu karya sastra ditulis, penulis tidak boleh menjelaskan latar belakang dari tulisan tersebut. Hal ini bertujuan supaya pembaca terus menerus mencari dan menelusuri apa makna di balik karya tersebut" ujarnya.*

*Yonsi Pador

 

SHARE THIS