Ketakutan dan kecemasan senantiasa menyertai perjalanan hidup kita. Rasa takut dan cemas akan situasi di mana kita merasa sendiri dan ditinggalkan oleh orang-orang yang kita cintai. Perasaan yang sama terjadi di dalam diri para murid Yesus setelah kematian-Nya di salib.
Mereka merasa cemas karena kehilangan sandaran hidup. Yesus yang menjadi kekuatan hidup mereka mati secara sadis di atas palang penghinaan. Ketakutan itu mengguncang hebat jiwa, hati dan pikiran mereka.
Para murid pada saat itu sebagai kaum minoritas berada di dalam situasi ketakutan karena di tengah-tengah masyarakat mereka sudah dikenal oleh banyak orang sebagai pengikut Yesus, orang Galilea yang dianggap penghujat Allah. Ketakutan ini terus menghantui pikiran mereka kalau-kalau mereka juga akan ditangkap dan dituduh sebagai penghujat Allah.
Pada waktu itu, pagi-pagi benar beberapa orang dari pengikut Kristus, Maria Magdalena dan Maria lainnya memberanikan diri untuk pergi menengok kubur di mana Tuhan mereka dibaringkan. Namun mereka hanya menemukan seorang malaikat yang duduk di situ dan menyampaikan pesan kepada mereka bahwa kubur sudah dalam keadaan kosong.
Ketakutan mereka semakin memuncak. Bisa jadi mereka masih ragu akan kebenaran yang disampaikan oleh malaikat bahwa Ia telah dibangkitkan dan berpikir bahwa Tuhan yang sudah menjadi pemimpin hidup mereka dicuri oleh orang lain. Kubur kosong dalam Injil hari ini sebenarnya mau menggambarkan situasi kekosongan batin dan jiwa kita manusia.
Di dalam situasi kekosongan ini manusia seringkali mencari-cari keberadaan Tuhan. Berbagai macam argumentasi dibangun semata-mata demi membuktikan kehadiran Tuhan yang nyata. Tuhan yang diharapkan oleh orang-orang demikian adalah Tuhan yang bisa menjawabi secara langsung setiap doa yang dipanjatkan.
Bunyi doa menjadi semacam tuntutan dan ancaman bagi Tuhan. Seoalah-olah jika doanya tidak dipenuhi maka konsekuensinya ialah kehilangan kepercayaan dan krisis iman di dalam diri akan Tuhan. Padahal kita tidak pernah menyadari bahwa doa-doa yang kita panjatkan itu sendiri ibarat uap yang mengawang perlahan ke atas langit.
Wujudnya memang tak terlihat. Namun jawaban atas doa yang kita panjatkan akan datang seperti hujan. Tidak setiap namun sekali turun, ia akan sangat lebat. Itulah bukti kasih Allah bahwa Ia sesungguhnya tidak membiarkan kita umat-Nya berjalan sendiri dan terkungkung dalam situasi ketakutan terus-menerus.
Di dalam Injil yang dibacakan pada Sabtu Suci ini, bukti penyertaan Tuhan menyata dalam pesan singkatnya yang berbunyi: “Jangan takut!”. Begitupun dengan malaikat yang dijumpai oleh Maria Magdalena bersama Maria lainnya pun telah menyampaikan pesan yang sama yakni: Janganlah kamu takut!”.
Pesan ini menjadi pesan penting yang membangkitkan kembali semangat dan iman para murid yang dilanda rasa takut dan cemas. Lewat peristiwa kubur kosong, Yesus sendiri mau menunjukkan bahwa Ia hadir di tengah-tengah mereka dan menginginkan agar merekalah yang menjadi saksi awal kebangkitan Kristus.
Selain itu peristiwa iman ini juga membuktikan bahwa apa yang mereka imani selama ini tidaklah sia-sia seperti yang telah dicemaskan sebelumnya.
Pesan penguatan ini sekaligus menjadi bukti bahwa Kristus yang telah wafat, dimakamkan dan bangkit itu senantiasa menyertai kita semua, para pengikutnya yang setia. Yesus Kristus hadir sebagai jawaban dan harapan atas kegelisahan hidup manusia.
Masihkah kita merasa cemas, takut dan ragu-ragu akan penyertaan dan campur tangan-Nya di dalam kehidupan kita?
Selamat menyongsong Pesta Paskah. Tuhan memberkati.
BAGIKAN
PROGRAM STUDI SARJANA FILSAFAT PROGRAM STUDI SARJANA PENDIDIKAN KEAGAMAAN KATOLIK PROGRAM STUDI SARJ0
Penerimaan mahasiswa baru IFTK Ledalero tahun akademik 2025/2026 Prodi Ilmu Filsafat (S1) Prodi Pend0
Pendaftaran Online Program Studi Sarjana Filsafat, PKK, DKV, Kewirausahaan, Sistem Informasi & Magis0
© Copyright 2025 by Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif Ledalero - Design By Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif Ledalero

